Pages

Friday, March 20, 2009

Mustafa Masyhur

Mustafa Masyhur
Mursyidul 'Am ke-5 Ikhwanul Muslimin
"Jalan dakwah hanya satu. Jalan inilah yang dilalui oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat baginda. Demikian juga kita dan para pendokong dakwah, sama-sama melaluinya berpandukan taufik dari Allah s.w.t. Kita dan mereka melaluinya berbekalkan iman, amal, mahabbah (kasih sayang) dan ukhuwwah (persaudaraan). Rasulullah s.a.w. menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar mahabbah dan ukhuwwah. Berpadulah kekuatan iman, kekuatan akidah dan kekuatan kesatuan. Jadilah jamaah mereka jamaah yang ideal sebagai model. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya pasti menang walaupun ditentang oleh seluruh penghuni muka bumi ini." [Buku Jalan Da'wah]
Kehidupan beliau

Beliau lahir pada tanggal 15 September tahun 1921 di kota As-Sa’din dari kota Manya al-qamh, propinsi Timur. Ikut dalam belajar pada penulis desa sejak dua tahun. Kemudian masuk sekolah dasar di desanya, kemudian masuk sekolah I’dad di Manya Al-Qamh, lalu sekolah tsanawiyah (setingkat SMA) di Zaqaziq, setelah tinggal di Zaqaziq selama dua tahun mengikuti sekolah tsanawiyah, beliau pindah ke Kairo dan menyempurnakan sekolah tsanawiyahnya di sana, lalu masuk kuliah di universitas Kairo kuliah al-ulum, dan tamat pada tahun 1942.

Mengenal jamaah Ikhwanul Muslimin pada tahun 1936

Setelah lulus kuliah, beliau ditempatkan wajib militer pasukan udara dengan tugas “spionase udara”, kemudian pindah ke Alexandria, untuk menghabiskan waktu satu tahun dalam latihan, kemudian kembali ke Kairo untuk melakukan tugas sebagai pembawa berita melalui udara.

Pada bulan Juni tahun 1954 beliau di pindah kerjakan ke Marsa matruh dan disana beliau ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara perang.

Lalu dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dan diwajibkan kerja paksa, kemudian dipindahkan ke daerah Liman Torh dan dimasukkan ke dalam penjara lumpur.

Pada tahun 1965 beliau kembali dipenjara; hingga akhirnya dibebaskan pada masa presiden Anwar Sadat dan memangku jabatan penting sebagai Mursyid Am Ikhwanul Muslimin setelah meninggalnya ustadz Muhammad hamid Abu An-Nasr pada tahun 1996.

Ketika beliau pindah ke Kairo untuk melanjutkan pendidikan disana, saat beliau shalat di masjid suatu kampung tempat beliau tinggal, beliau melihat salah seorang jamaah memberikan majalah yang bernama “At-Ta’aruf”, dan mendengar pengumuman adanya pelajaran di masjid tersebut dan beliau diajak untuk menghadirinya, lalu beliau hadir dan mendengar salah seorang dari anggota Ikhwan berbicara tentang Islam, dan membuatnya sangat kagum akan penyampaian tersebut dan berambisi untuk terus menghadirinya.

Dan dalam satu masjid tersebut di umumkan bahwa imam Al-Banna akan memberikan pelajaran pada hari selasa di kota Al-Hilmiyah, maka ustadz Mustafa datang menghadirinya, dan sangat kagum dengan penyampaian ustadz Al-Banna, dan berambisi untuk terus mengikutinya, dan pada akhirnya beliau masuk menjadi anggota Ikhwan pada tahun 1936 dan berbaiat untuk komitmen dengan dakwah Ikhwan.

Kesaksian Beliau: Bezanya Ikhwan dengan Pasukan Revolusi

Pada masa pemerintahan Abdul Naser yang berambisi untuk menjadi sosok tersendiri dalam revolusi, dan berhasil menjatuhkan pemerintahan Muhammad Najib, karena secara pangkat beliau lebih tinggi, lalu memberantas anggota dan pengikut jamaah Ikhwan padahal mereka adalah orang-orang yang berhasil melakukan revolusi dengan kader-kadernya dalam struktur tentara, sehingga terjadilah penangkapan atas mereka dan terjadilah pergolakan oleh senjata tentara, sehingga akhirnya para Ikhwan dapat bebas dan langsung pergi menuju Mursyid Ikhwanul Muslimin yang pada saat itu di pimpin oleh Hasan Al-Hudaibi dan meminta sikap terhadap apa yang terjadi.

Terjadinya krisis antara Ikhwan dan kelompok revolusi membuahkan berbagai penangkapan, dan dibebaskan kembali pada tahun 1954.

Dan pada tahun 1954 terjadi di kota Al-Mansyiah dan Abdul Naser menuduh mereka melakukan rekayasa peristiwa tersebut dan akhirnya 6 orang di antara mereka dijatuhi hukuman mati, diantaranya Abdul Qadir Audah, Syeikh Muhammad Faragalli, Yusuf Thal’at, Ibrahim At-Tayyib, Handawi Duwair dan Muhammad Abdul Latif”.

Mustafa Masyhur Dalam Penjara

Pada bulan Juni tahun 1954 beliau dipindah tugaskan ke daerah Marsa Matruh, namun di sana beliau ditangkap dengan tuduhan berada di balik kejadian Al-Mansyiah dan dimasukkan ke dalam penjara perang.

Dan pada tahun 1955 dijatuhi hukuman 10 tahun dengan kewajiban melakukan kerja paksa atas tuduhan dengan masalah yang dikenal dengan sebutan “Masalah mobil Al-Jiip” dan beliau menjalani hukuman tersebut dengan penuh.

Pada tahun 1965 presiden Abdul Naser mengeluarkan keputusan untuk menangkap seluruh orang yang sebelumnya pernah ditangkap, dan keputusan tersebut tetap bertahan hingga akhirnya Abdul Naser wafat dan mereka dilepaskan pada masa pemerintahan Anwar Sadat.

Kesaksian Beliau: Pembantaian di Torroh

Ustadz Mustafa masyhur berkata: “Pada tahun 1957 Abdul Naser merencanakan untuk mengulingkan raja Husain dari singgasananya melalui para tentara Ikhwan di Jordania, namun rencana tersebut berhasil tercium, sehingga akhirnya mereka gagal melakukannya, dan sang raja melakukan pembalasan atas perbuatan tersebut, sehingga diantara mereka ada yang dipenjara di Torroh. dan di tempat tersebut para ikhwan dipaksa kerja diatas gunung untuk memecahkan batu, dan ada diantara mereka yang sakit diberikan keterangan dokter agar tidak ikut naik gunung.

Pada suatu hari dikeluarkan keputusan seluruh napi harus naik ke gunung, baik yang sehat atau yang sakit, maka para Ikhwan pun keheranan akan keputusan tersebut, dan menanyakan sebabnya sehingga merekapun tidak mau keluar.

Namun seketika itu muncul sekelompok orang tentara membawa senjata dan masuk pada sekelompok Ikhwan melalui terowongan dan parit, lalu melepaskan tembakan atas mereka secara brutal dan keji, sehingga sebanyak 21 orang anggota Ikhwan terbunuh, kejadian tersebut disebut dengan nama “Pembantaian Torroh”.

Wafatnya beliau

Beliau wafat pada hari Selasa tanggal 29 Oktober tahun 2002 pada usia 83 tahun.

Karangan-karangan beliau
  1. Al-jihad huwa as-sabil
  2. Tasaulat ala thariq ad-dakwah
  3. Munajat ala at-thariq
  4. Muqawwimat rajulul aqidah ala thariq ad-dakwah
  5. Wihdatul amal al-islami fi al-qatrul wahid
  6. Zaad ala at-thariq
  7. Al-qudwah ala thariq ad-dakwah, ad-dakwah al-fardiyah
  8. Al-hayah fi mihrab as-shalat al-islam huwal al-hall, min fiqh ad-dakwah
  9. Al-qaid al-qudwah wa mutathallibatuhu baina ar-rabbaniyah wal madiyah
  10. Qadhaya asasiyah ala thariq ad-dakwah at-tiyar al-islami wa dauruhu fi al-bina
  11. Qadhiyah azh-zhulm fi dhaui al-kitab wa as-sunnah
  12. Thariq ad-dakwah baina al-ashalah wa al-inhiraf min at-tiyar al-islami ila Sya’b misr
Rujukan: www.al-ikhwan.net

8 comments:

Sarah Ibrahim said...

Menarik2...

"Sosok da'wah yang dikagumi rupanya punyai pengalaman hidup yang hebat!"

Mashizaki Keikan said...

Ana ingat nak letak di sini untuk menjadi qudwah buat diri sendiri. Peniup semangat ketika lemah, dan pembangkit keimanan ketika gersang.

Nampaknya, bahasanya agak berterabur untuk difahami oleh orang Malaysia.

Humayra' said...

“Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik daripada apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. An-Nahl: 97)

"Sesungguhnya di dalam hati terdapat sebuah keterasingan yang tak mampu diubati kecuali dengan menyendiri bersama Allah azza wajalla.
-Ibnul Qayyim al Jauzi r.h.-

"jalan da'wah bukan jalan mudah tetapi ia jalan yg indah"
keep it up!

Mashizaki Keikan said...

Ana suka kepada satu kata-kata dia yang sangat best, yang pernah dihafaz oleh kami di dalam usrah suatu ketika dahulu.

"Jalan dakwah hanya satu. Jalan inilah yang dilalui oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat baginda. Demikian juga kita dan para pendokong dakwah, sama-sama melaluinya berpandukan taufik dari Allah s.w.t. Kita dan mereka melaluinya berbekalkan iman, amal, mahabbah (kasih sayang) dan ukhuwwah (persaudaraan). Rasulullah s.a.w. menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar mahabbah dan ukhuwwah. Berpadulah kekuatan iman, kekuatan akidah dan kekuatan kesatuan. Jadilah jamaah mereka jamaah yang ideal sebagai model. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya pasti menang walaupun ditentang oleh seluruh penghuni muka bumi ini." [Syeikh Mustafa Masyhur]

Humayra' said...

hoho...those words really inspired me too...(semua kata2 di atas)

juga kata2 ini...
"Berpadulah kekuatan iman, kekuatan akidah dan kekuatan kesatuan. Jadilah jamaah mereka jamaah yang ideal sebagai model."

betul...betul...betul
see'ru 'ala barkatillah...

Mashizaki Keikan said...

haaza huwat tariq...

Humayra' said...

hazihi sabiilunaa...

pg prog EMI esok?

Kirim salam kak 'Abyd ye!(^_^)

Mashizaki Keikan said...

insya Allah.

Twitter Updates

    follow me on Twitter
    "Jalan dakwah hanya satu. Jalan inilah yang dilalui oleh Rasulullah s.a.w. dan para sahabat baginda. Demikian juga kita dan para pendokong dakwah, sama-sama melaluinya berpandukan taufik dari Allah s.w.t. Kita dan mereka melaluinya berbekalkan iman, amal, mahabbah (kasih sayang) dan ukhuwwah (persaudaraan). Rasulullah s.a.w. menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar mahabbah dan ukhuwwah. Berpadulah kekuatan iman, kekuatan akidah dan kekuatan kesatuan. Jadilah jamaah mereka jamaah yang ideal sebagai model. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya pasti menang walaupun ditentang oleh seluruh penghuni muka bumi ini." [Syeikh Mustafa Masyhur]